Pages

 

25 Juni 2012

Sikap Mental "Tukang Pipa & Tukang Pintu"

0 komentar

Ada dua kisah nyata inspiratif yang akan saya adaptasi. Pertama tentang seorang tukang pipa (plumber). Suatau hari, bos perusahaan otomotif terbesar di Jerman sedang pusing karena pipa keran airnya bocor, ia takut anaknya yang masih kecil terjatuh.

Setelah bertanya ke sana-kemari, dapatlah informasi seorang tukang terbaik. Melalui pembicaraan telepon, sang tukang menjanjikan dua hari lagi untuk memperbaiki pipa keran sang bos. Esoknya, sang tukang justru menelepon sang bos dan mengucapkan terima kasih. Sang bos sedikit bingung. Sang tukang menjelaskan, ia berterima kasih sebab sang bos telah mau memakai jasanya dan bersedia menunggunya sehari lagi.

Pada hari yang ditentukan, sang tukang bekerja dan bereslah tugasnya, lalu menerima upah. Dua minggu kemudian, sang tukang kembali menelepon sang bos dan menanyakan apakah keran pipa airnya beres. Namun, ia juga kembali mengucapkan terima kasih atas kesediaan sang bos memakai jasanya. Sebagai catatan, sang tukang tidak tahu bahwa kliennya itu adalah bos perusahaan otomotif terbesar di Jerman.
Cerita belum tamat. Sang bos demikian terkesan dengan sang tukang dan akhirnya me-rekrutnya. Tukang itu bernama Christopher L. Jr dan kini menjabat General Manager Customer Satisfaction & Public Relation MERCEDES BENZ.

Dalam sebuah wawancara, Christopher menjawab, ia melakukan semua itu bukan sekadar tuntutan after sales service atas jasanya sebagai plumber. Jauh lebih penting, ia selalu yakin tugas utamanya bukanlah memperbaiki pipa bocor, tetapi keselamatan dan kenyamanan orang yang memakai jasanya. Christopher melihat lebih jauh dari tugasnya.

Kisah lain, tentang Mr. Lim yang sudah tua dan bekerja ”hanya” sebagai door-checker (memeriksa engsel pintu kamar hotel) di sebuah hotel berbintang lima di Singapura. Puluhan tahun ia jalankan pekerjaan membosankan itu dengan sungguhsungguh, tekun, dan sebaik-baiknya.

Ketika ditanya apakah ia tak bosan dengan pekerjaan menjemukan Mr. Lim Kitu, mengatakan, yang bertanya adalah orang yang tidak mengerti tugasnya. Bagi Mr. Lim, tugas utamanya bukanlah memeriksa engsel pintu, tetapi memastikan keselamatan dan menjaga nyawa para tamu.

Dijelaskan, mayoritas tamu hotelnya adalah manajer senior dan top manajemen. Jika terjadi kebakaran dan ada engsel pintu yang macet, nyawa seorang manajer senior taruhannya. Jika ia meninggal, sebagai decision maker, perusahaannya akan menderita. Jika misalnya perusahaan bangkrut, sekian ribu karyawannya akan menderita. Belum lagi keluarganya, termasuk anak istri manajer itu. Demikian jauh pandangan Mr. Lim, dan ia bukan lah sekedar door-checker.

Christopher L. Jr dan Mr. Lim relatif manusia sejenis. Keduanya bukan kelas manusia sedang atau biasa (Good People). Mereka jenis ”manusia besar atau manusia berlebih” (Great People) meski jabatan atau pekerjaan formal di suatu saat demikian ”rendah dan biasa saja”. Sikap mental mereka jauh lebih tinggi dari jabatan dan pekerjaan formalnya.”

Sudahkah kita memiliki sikap mental seperti itu ??????

0 komentar:

Posting Komentar